hikayat kuliner masa kini

Petualangan ke seluruh antero Nusantara, mengabadikan hikayat tentang perjalanan kuliner di tanah Nusantara

Coto Makassar - Hikayat Sebuah Hidangan Dari Pulau Celebes

Sebelum memulai, coba cermati pertanyaan berikut:
Apakah Anda sudah pernah menapaki kota Makassar? Apakah Anda sudah pernah menikmati hidangan Soto di Makassar?

Nah, kalau jawaban dari semua pertanyaan diatas adalah "YA", maka bisa dipastikan Anda pernah mengkonsumsi hidangan bernama Coto Makassar.

Coto Makassar atau Coto Mangkasara, sudah jelas dari namanya bahwa masakan ini berasal dari daerah Mangkasara, Sulawesi Selatan. Tidak seperti makanan penuh tipuan, Bika Ambon yang ternyata bukan berasal dari Ambon melainkan dari Medan!.

Sudah mari kita lupakan Bika Ambon dari Medan itu dan kembali ke Coto Makassar.
Konon katanya hidangan ini sudah ada semenjak abad ke-16, ketika masa Kerajaan Gowa berlangsung. Dan yang hampir pasti bahwa Anda semua yang membaca tulisan ini juga belum lahir.
Jadi bagaimana sejarah hidangan nikmat penuh kolesterol ini?  

Hikayat Coto Makassar 

Coto Makassar diduga pula telah ada sejak Somba Opu (pusat Kerajaan Gowa) berjaya pada tahun awal abad ke-16, yang untungnya sampai saat ini masih awet tersedia dan tersebar seantero Makassar. Sajian Coto Makassar diduga terpengaruh pula oleh budaya kuliner cina yang telah datang di abad ke-16, ini bisa dilihat dari sambal yang digunakan. Yaitu sambal 豆醬.

Sambal apa??
 
Tāu-chiù ! Setelah diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi: TAUCO

Tauco merupakan salah satu contoh asimilasi budaya antar bangsa yang sempurna. Untuk kasus tauco istilah keren di bidang kulinernya adalah Chinese Indonesian cuisine yang mencirikan campuran antara budaya kuliner Cina dan gaya asli kuliner Indonesia saat itu.
Makassar pada masa itu banyak didatangi dan disinggahi oleh bangsa Cina, entah pedagang, penjual, ataupun keluarga dari pedagang dan penjual itu.

Jadi cuma pedagang aja? 
Oh, jangan lupa juga pelaut Cina. Ingat, pada masa itu belum ada pesawat terbang, jadi umumnya orang biasa atau ahli beladiri sekalipun pasti akan menggunakan jasa kapal laut untuk berpindah dari pulau ke pulau. dan sudah pasti karena teknologi juga tidak semaju sekarang, kapal-kapal laut itu pasti dikemudikan secara langsung oleh para pelaut tidak mungkin pakai remote control dari jauh. 

Ahli Beladiri, seperti Kungfu?
Ya, kungfu dan lain sebagainya. Tapi sebernarnya melihat dari cerita rakyat kuno, tidak menutup kemungkinan kalau ada ahli kungfu yang bisa mengendarai rajawali dan menyeberangi lautan dengan cara itu. Namun hal itu biarlah menjadi teori konspirasi saja.

Ah, mari kita mari kita lupakan konspirasi antara Bibi Lung dan burung raksasa ( segmented joke), dan sekali lagi kembali ke jalan kuiner yang benar.

Coto Makassar, bagaimana sih penampakannya?

Coto Makasar
Terlihat menggoda

Laiknya hidangan berkuah lainnya, Coto disajikan dengan beragam pelengkap: jeruk nipis, seperangkat bawang goreng lengkap dengan seledri dan daun bawang, dan tidak lupa tauco yang diolah menjadi sambel tauco.


Sepaket Lengkap Coto Makassar
Coto Makssar bersama teman sejawat 


Lho, nasinya mana? 

Nasi?O o o, sori-dori-mori. Gak main donk!
Coto akan lebih nikmat disantap bersama burasa atau ketupat sebagai pengganti nasi.
Congkak kita, padahal kalau gak ada burasa atau ketupat, yaa UN. Ujungnya Nasi.

Oh ya, tadi katanya penuh kolesterol. Emang isinya apa? 
Benar sekali. Kolesterol tinggi. Kolesterol adalah teman sejati Coto.
Pasalnya bahan utamanya adalah daging dan jeroan. Usus, limfa, jantung, hati, lidah, paru, otak. Sebut saja deh jeroan yang bisa dikonsumsi, hampir semua bisa ditemui dalam Coto.

Fakta Menarik 
Nah, dalam sejarah masa kerajaan disebutkan bahwa hidangan Coto Daging hanya akan disajikan kepada keluarga bangsawan. Kemudian Jeroan akan disantap oleh kalangan bawah dan abdi dalem kerajaan.

Hewan mamalia besar sejenis sapi atau kerbau merupakan bahan dasar masakan ini. Tapi ternyata tidak terbatas pada kedua hewan itu saja. Karena selain coto daging sapi; coto daging kerbau dan Coto Kuda juga sangat populer disana.

Wait, what? KUDA!? 
Ya, Anda tidak salah baca dan saya tidak salah ketik!
K-U-D-A!
                KUDA!
                              KUDA!

Kuda! 

Jangan kaget dulu, Coto memang banyak variasi bahannya. Tergantung dari daerah mana coto itu "berasal". Ya seperti di daerah lain, contoh di pulau jawa, antara Kudus dan Semarang. Di Kudus Soto Kerbau merupakan hidangan populer, sementara di Semarang akan lebih umum dan populer hidangan Soto Sapi. Nah, untuk kuda ini khususnya populer di daerah Jene'ponto.  

Beda kota, beda rasa. 
Yak, Anda cerdas! Sekiranya memang begitu. Anda akan jarang menemukan Coto Sapi di daerah Jene'ponto. Sebaliknya akan susah menemukan Coto Kuda di kota Makassar.

Ditelisik dari sejarah kemunculannya memang sangat mungkin terdapat banyak variasi tergantung lokasi hidangan ini disajikan. Kerajaan Gowa itu luas, banyak daerah yang dicakupi. Silakan melihat buku sejarah mengenai Kerajaan Gowa, karena jangan berharap kamu akan menemukan hal itu dalam hikayat ini.

Sudah cukuplah tentang Gowa dengan link wikipedia tadi.

Menulis hikayat Coto, membuat saya teringat kembali dimasa-masa perjuangan meraih ijazah SMA di Makassar beberapa ratus hari yang lalu.

Wah, kenapa tuh?
Biasanya masa SMA adalah masa-masa indah penuh kenangan pahit, sedih, pedas, dan kecut. Mana manisnya? Karena Coto tidak manis, maka tidak ada ingatan manis terukir dalam hikayat ini!.
SMA saya berlokasi di Jalan Sunu, kota Makassar. Salah satu SMA negeri yang bertetangga dekat dengan Universitas Hasanuddin. Di bilangan Jalan Sunu ini ada sebuah warung Coto yang menjadi langganan saya. Warung manakah itu?

Jeng...jeng..jeng..
 
Warung Coto Dewi Cabang Sunu

Kenapa cabang? Ya jelas karena warungnya bukan hanya satu ini!
Coto Dewi biasa disebut Code' (dibaca: codek) ini terkenal, bukan karena jadi langganan saya, tapi terkenal di kalangan civitas akademika di area Jalan Sunu karena selain murah, rasanya pun enak. Dan tidak lupa nilai plus lain yang sangat penting: ketupatnya GRATIS!

GRATIS!?? 
G-R-A-T-I-S!!
Beli semangkuk Coto (tahun 2005 harganya Rp.6000,-), makan sampe kenyang. Ingat ketupat G-R-A-T-I-S!

Semangkuk coto porsinya kecil. Gimana mau makan banyak? Apa cuma dicemil aja itu ketupat? 
Ooo, jangan salah dulu ada tips dan triknya. Disaat coto dimangkuk sudah hampir habis, minta tambah kuah! Yang lagi - lagi gratis. Lalu tambah deh ketupatnya. Rekor anak-anak SMA disana biasanya 1 porsi coto menghabiskan 6-8 buah ketupat. Wow~~!!

Kepada pemilih warung Code' , Anda mungkin tidak sadar, tapi kebijakan ketupat gratis Anda itu memberi makan kepada calon-calon penerus bangsa. Sekarang sudah banyak yang jadi dokter, pilot, pengusaha, bahkan ada yang menjadi direksi di perusahaan asing! Semoga warungnya makin sukses dan berjaya!

Selain Code', warung coto lain pasti masih banyak donk? 
Yes, benar sekali. Coto termasuk hidangan kuno yang sangat terjaga kelestariannya. Di Makassar terdapat banyak warung coto pastinya. Masing-masing mempunyai cita rasa tersendiri, namun bahan dasar dan bumbu dasar sudah pasti sama. Silakan lihat manuskrip resep coto yang saya temui.

Nah, dibawah ini ada beberapa daftar yang sekiranya sudah populer dan banyak dicari oleh kisanak-kisanak dari luar Makassar.

  • Warung Coto Makassar 
    Jl. Abd Dg Sirua 8, Kota Makassar 
  • Warung Coto Nusantara 
    Jl. Nusantara, Makassar 
  • Warung Coto Ranggong 
    Jl. Ranggong 13, Makassar 
  • Warung Coto Gagak 
    Jl. Gagak, Makassar
  • Warung Coto Dewi 2 Cabang Sunu 
    Jl. Sunu, Makassar (Sebelah timur masjid Al Markaz Al Islami) 

Tunggu apalagi! Silakan kunjungi dan cicipilah hidangan yang satu ini!

Sampai jumpa di kisah berikutnya!
Tetep sehat, tetep semangat, tetep hemat! Supaya bisa icip-icip lagi di tempat yang berbeda!

Selamat menikmati!


PS: Untuk yang tidak bisa ke Makassar; entah karena masalah hati atau hal lain, silakan mencoba resep ini: http://www.coolinerculinary.xyz/2013/05/coto-makassar-behind-scene.html



No comments:

Post a Comment

@templatesyard