Siapakah Mbah Lindu ini?
Tidak lain dan tidak bukan adalah mbah-mbah setrong punggawa Gudeg Lindu di daerah Malioboro.
Gudeg Lindu tentu saja mempunyai tempat khusus di hati dan memori pada pelancong atau wisatawan yang pernah -paling tidak sekali- berkunjung ke Malioboro dan mencari sarapan berupa nasi atau bubur gudeg.
Apakah kita akan membahas gudeg Lindu disini?
Tentu saja tidak sepenuhnya, karena berkisah mengenai mbah Lindu tentu saja tidak akan lepas dari lapak jualan sang legenda itu.
Tentu saja tidak sepenuhnya, karena berkisah mengenai mbah Lindu tentu saja tidak akan lepas dari lapak jualan sang legenda itu.
Berjualan semenjak remaja
Wanita sederhana ini mulai berjualan gudeg sejak usianya 13 tahun. Saat itu Mbah Lindu belum berjualan sendiri, melainkan ikut menemani kerabatnya berjualan. Ketika ditanya, mbah Lindu biasanya akan menjawab kalau dia ingat bahwa dia jualan jauh sebelum bersuami.
Lambat laun ia memiliki kemampuan untuk meracik gudeg sendiri dan mulai berani berjualan. Saat itu tidak mudah berjualan gudeg karena masih zaman penjajahan. Mbah Lindu pernah bercerita kala itu Indonesia belum merdeka alias masih di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.
Mbah Lindu paham betul betapa sulitnya berjualan di masa penjajahan. Bukan hanya sulit menjajakan gudeg, Mbah Lindu juga jadi saksi betapa kejamnya masa penjajahan. Kendati demikian Mbah Lindu tetap semangat mengolah dan menjajakan gudeg racikan tangannya.
Memang patut diacungi jempol ini, sekelas Kapten Marvel pun mungkin tetep salam hormat kepada Mbah Lindu.
Jalan kaki ke warungnya
Ternyata memang ada rahasia di balik bugar dan girasnya Mbah Lindu ini walaupun usia sudah menginjak sepuh sekali. Apa rahasianya?
Dulu, ia harus berjalan kaki dari rumahnya di kawasan Klebengan menuju Sosrowijayan, tempat jualan gudeg, mulai pukul 04.00 WIB. Ya kalau dilihat di peta/gmaps, jarak dua wilayah tersebut lebih kurang 5 kilometer.
Ya, dari dulu hingga kedai Gudeg Mbah Lindu yang selalu ramai pengunjung ini berada di Jalan Sosrowijayan, tepatnya di pos depan Hotel Grage Ramayana. Berjarak kira-kira 300 meter saja di sebelah barat dari Jalan Malioboro. Gudeg Mbah Lindu buka mulai pukul 05.00 sampai 10.00 WIB, tetapi tak jarang sebelum itu pun sudah banyak lauk gudeg yang habis.
Melegenda selama 87 tahun, cuma bisa masak Gudeg!
Hampir selama masa hidupnya, Mbah Lindu mengabdi sebagai pedagang gudeg jalanan. Keseharian Mbah Lindu hanya diisi dengan memasak dan berjualan gudeg yang ia lakukan hingga sekitar 87 tahun lamanya.
Kegigihannya dalam berjualan dan melestarikan makanan khas Yogyakarta itu pun, ia tunjukkan dengan selalu turun langsung ke dapur maupun berdagang meski usianya sudah 100 tahun.
Uniknya meskipun sudah berpengalaman selama 80 tahun lebih di kancah kuliner, super-mbah ini mengaku hanya bisa memasak gudeg dan teman sejawatnya saja.
5 Bungkus Nasi Gudeg = 1 SEN!
Mbah Lindu meninggal di usia 100 tahun. Perjalanan panjangnya menjadi 'pejuang' gudeg dilalui dalam beberapa zaman dan sudah dimulai sejak 1940-an. Kamu mungkin pernah membeli gudeg menggunakan uang rupiah, tapi faktanya dahulu gudeg Mbah Lindu dibeli dengan uang sen.
Di masa penjajahan memang belum ada rupiah, mata uang yang berlaku saat itu adalah benggol dan sen. Mbah Lindu menjual gudegnya dengan uang sen. Satu sen bisa mendapatkan lima bungkus nasi gudeg. Sejak zaman dulu, gudeg Mbah Lindu sudah jadi favorit.
Kini seporsi gudeg Mbah Lindu bisa ditebus dengan harga Rp 15.000 keatas, tergantung menu pelengkap yang diingikan. Cita rasa gudeg racikan Mbah Lindu tidak berubah karena diracik oleh Mbah Lindu sendiri. Rasanya makin autentik karena Mbah Lindu memasak dengan cara tradisional menggunakan tungku batu dan kayu bakar.
Gudeg basah yang lezat
Gudeg Mbah Lindu dimasak secara tradisional, di atas tungku kayu bakar. Masakan yang sudah matang, termasuk gudeg, dibiarkan semalaman supaya makin tanak dan bumbu lebih meresap.
Lauk Gudeg Mbah Lindu adalah sambal goreng krecek, ayam kampung, dan telur bacem. Kamu bisa memilih gudeg pakai nasi atau bubur. Pencinta kuliner pedas tak perlu khawatir karena Gudeg Mbah Lindu ditaburi cabai rawit hijau.
Bagi kamu yang belum pernah merasakan gudeg Lindu atau bagi kamu yang ingin merasakan gudeg Lindu lagi. Jangan takut, karena rasa rindu akan Lindu-mu masih dapat terpenuhi karena resep gudegya sudah ada yang meneruskan, sudah ia turunkan ke anak bernama Rutiyah. Resep yang aslinya dipelajari langsung dari Ibunya sekarang sudah memasuki generasi ke-3. Namun walaupun sudah lintas generasi tapi masih mempertahankan resep aslinya.
Go Internasional via NETFLIX!
Lewat serial Street Food, Netflix mengangkat keanekaragaman kuliner kaki lima di beberapa kota di dunia, salah satunya Yogyakarta. Dalam episode Street Food Indonesia, gudeg Mbah Lindu jadi pilihan.
Serial ini menampilkan keunikan gudeg racikan Mbah Lindu. Proses pemasakan tradisional yang dilakukan selama hampir satu abad menjadi daya tarik dalam serial ini. Perjuangan Mbah Lindu dalam mempertahankan resep gudeg juga jadi hal yang diangkat dalam serial ini.
Laris manis sebagai konten Youtube
Selain Netflix, ternyata sudah banyak food vlogger dari manca negara yang mengunjungi dan mencicipi gudeg sang legenda ini. Bahkan tidak jarang mendapatkan penilaian yang sangat positif, ini menunjukkan bahwa masakan Mbah Lindu ini dapat diterima oleh indra pengecap berbagai bangsa.
Food Ranger di Gudeg Mbah Lindu |
Salah satu contoh food vlogger internasional yang sudah pernah berkunjung adalah Trevor James, si Food Ranger. Simak videonya disini: https://youtu.be/6J1Ip55MlWg?t=59
Tutup Usia di umur 100 Tahun
Mbah Lindu bernama asli Biyem Setyo Utomo tutup usia di umur yang menginjak lebih dari 100 tahun pada hari Minggu, 12 Juli 2020 di kediamannya di daerah Caturtunggal, Yogyakarta. Jangan dikait-kaitkan dengan COVID-19 ya, karena mbah Lindu ini tutup usia lantaran sakit tua.
Bagi yang belum mengenal atau belum pernah berkunjung ke warungnya tentu saja akan mengira bahwa mbah satu ini sudah menjadi bos yang tidak pernah datang ke warungnya. Sayang sekali, perkiraan kamu akan salah!
Mbah Lindu memasak Gudeg |
Mbah Lindu yang semasa hidupnya dikenal sebagai penjaja gudeg tertua di Yogya ini masih aktif berjualan sampai beberapa waktu yang lalu, sekitar 2-3 tahun yang lalu. Ya, betul beliau datang ke warungnya setiap hari bukanya. Tidak pernah sekalipun titip absen kecuali jika benar-benar ada halangan, misalnya seperti sakit.
Mbah Lindu kini telah tiada, ia mengakhiri perjalanan sebagai legenda kuliner gudeg pada usianya yang ke 100 tahun. Meskipun kini kita tak bisa lagi melihat senyum ramahnya kala menyapa pelanggan setia yang hendak membeli gudeg, namun nama Mbah Lindu akan terukir dalam benak pencinta kuliner Nusantara, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lindu-mu akan selalu kami rindukan
************
Bagi yang penasaran cuplikan hidangan dari Gudeg Lindu ini, tunggu tanggal tayangnya hanya di CoolinerCulinary.
Gak mau ketinggalan? Silakan subscribe hikayat ini supaya kamu langsung tau update terkini dari hikayat kami!
Sampai jumpa!
No comments:
Post a Comment