Alamat: Jalan Gajah Mada, Yogyakarta (seberang bekas bioskop Permata)
Map: Di bagian bawah kisah ini
Jam Buka: 21.00 - 02.00 (habis)
Harga: $$ (mulai dari 10.000 untuk seporsi standar)
Yogyakarta(Jogja), kota damai bernuansa ramah yang identik dengan pelajar. Kota ini bukan tanpa sebab dijuluki sebagai " Kota Pelajar", pasalnya menurut hasil survey yang telah dilakukan oleh sebuah kelompok diluar sana; kota ini merupakan salah satu destinasi studi yang paling diminati oleh anak-anak muda. Khususnya bekas anak SMA yang akan melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan.
Selain sebagai destinasi kuliah yang populer, Jogja juga menyimpan banyak objek wisata yang tersebar diseluruh antero jagat daerah. Sebut saja Jalan Malioboro, Taman Pintar, dan Sarkem(?).
Ah, kalau itu kan cuma didalam kota, katanya seantero jagat bro.
Eits, jangan salah, diluar kota juga ada! Misalnya Tebing Breksi, Candi Prambanan, Pantai Parangtritis, dan bahkan saking luar biasanya aura wisata Jogja ini, kebanyakan orang tahunya Candi Borobudur itu di Jogja!. Padahal...(hayoo dimanaa?)
Yah, jadi intinya tidak salah donk kalau dikatakan Jogja juga merupakan kota wisata yang menjadi ujung tombak pariwisata di Indonesia.
Pelajar dan wisata, sepertinya menarique...
Yes, sepertinya pemikiran kita sejalan, Pelajar dan wisata. Dua hal ini bila ditemukan dan dilebur (layaknya evolusi
jogrees di Digimon), tentunya akan menyimpan banyak sekali kisah menarik dan kenangan didalamnya. Entah itu buruk, entah itu indah; yang jelas pasti kalau dibukukan bisa menjadi kuadrologi. Atau mungkin film singkat, laiknya kisah nostalgia antara
Cinta dan Rangga.
Hmm, jangan-jangan sebenarnya inilah alasan utama para pelajar itu memilih kota ini sebagai destinasi studi mereka selanjutnya. Ini adalah sebuah misteri yang harus dipecahkan! Oleh orang lain tentunya.
Membahas sebuah kota, apalagi Jogja tentunya tidak akan lengkap kalau tidak menilik kulinernya, terutama kuliner yang menjadi ikon kota itu sendiri. Untuk Jogja, tidak lain dan tidak bukan adalah GUDEG. Masakan berbahan dasar nangka muda yang memiliki cita rasa unik ini sangat populer, bukan hanya di seantero jagad negeri Jamrud Khatulistiwa ini, bahkan negara asal Ruud Gullit pun sudah mengenal makanan ini.
Ruud Gullit, Belanda donk. Tapi Belanda kan jauh bro..
Yak, benar sekali! Saya rasa ingatan Anda tentang jargon masa lampau "
Belanda masih jauh..." sangatlah bagus!. Namun, itulah kehebatan dari seporsi Gudeg yang baginya jarak itu bukanlah sebuah halangan! Melainkan tantangan!
Tidak sia-sia Gudeg menjadi salah satu ikon kuliner Nusantara! Tepuk tangan untuk Gudeg!
Di Kota Jogja terdapat banyaakk sekali warung/restoran yang menjajakan Gudeg dengan cita rasanya masing-masing. Bahkan konon sudah ada yang berdiri sejak masa kolonial Belanda(yang selalu masih jauh itu). Diantara bejibun warung gudeg itu yang terkenal diantaranya sebut saja Mawar, eh bukan: Gudeg Yu Djum, Gudeg Yu Narni, dan Gudeg Permata.
Gudeg termasuk salah satu menu yang enak untuk dimakan kapan saja, entah itu sarapan, makan siang, atau bahkan cemilan di tengah malam. Kapan pun dalam 24 jam penuh Anda bisa menikmati Gudeg. Dengan catatan warung yang akan Anda kunjungi itu masih buka!
Eh, Tengah Malam!?
Yap, tengah malam, saya tidak salah ketik dan Anda tidak salah baca! Bukan malam hari tapi benar-benar tengah malam buta.
Jangan salah, Jogja ini mempunyai julukan lain(yang saya karang sendiri) yaitu Kota 24 Jam. Artinya selama 24 jam ini aktivitas masih banyak terjadi dan terlihat di kota ini. Di Jogja ini banyak sekali warung gudeg yang baru mulai buka diatas jam 8 malam dan bahkan ada yg baru buka jam 12 malam! Jadi tidak salah deh, kalau dikatakan Anda bisa menikmati hidangan Gudeg ini selama seharian penuh tanpa perlu mengulangi makan Gudeg dari warung yang sama.
Gudeg pagi biasanya buka mulai jam 5 pagi dan sekitar jam 9 pagi sudah habis.
Gudeg malam biasanya buka mulai jam 8 malam sampai jam 4-5 pagi.
Nah, diantara sekian ratus atau bahkan ribuan warung gudeg yang tersebar di seluruh antero kota Jogja ini, sesuai dengan judul kali ini kita akan membahas mengenai Gudeg Permata.
Sebuah Kisah Gudeg di Malam Hari
Gudeg Permata, apa sih istimewanya?
Sabar, dan silakan ikuti paragraf-paragraf selanjutnya!
FYI, di artikel ini kita tidak akan membahas mengenai sejarah gudeg, terlebih lagi mengapa sampai dinamai Gudeg. Itu akan sangat panjaaaannggg sekali. Jadi mungkin akan kita bahas di artikel mengenai sejarah makanan, akan di publish di masa depan yang belum ditentukan waktunya. Atau mungkin akan dibahas oleh orang lain ditempat lain...
Yuk mari kita lanjutkan...
Gudeg Permata, berlokasi di jantung kota Jogja, tepatnya di Jalan Gajah Mada. Letak warungnya tepat berada diseberang gedung bekas bioskop Permata.
Bisa ditebak kan berasal dari mana nama "
Gudeg Permata" itu sendiri.
Bisa ditebak kan berasal dari mana nama " Gudeg Permata" itu sendiri.
Lokasi ini lumayan strategis, karena dekat dengan daerah alun-alun Kidul tempat populer untuk nongki-nongki para ABG di malam hari. Jadi imajinasikan saja, setelah bercengkrama dan berusaha keras melalui sela pohon beringin kembar di Alun-Alun Kidul, merasa lapar, kemudian terpikir " Ah, daripada makan M*D atau K*C. Fast Food mending cari makanan alami". Lalu menujulah mereka ke Gudeg Permata untuk menikmati seporsi nasi gudeg (padahal juga merupakan fast food). Kemudian kenyang, dan kemudian pulang entah kemana, kemudian......ya, silakan diimajinasikan lagi.
Menu yang disajikan di warung ini adalah Nasi Gudeg dan Bubur Gudeg. Jadi jangan mencari menu Nasi Padang atau Nasi Kapau kalau kesini ya. Apalagi Hamburger atau Pizza!
Sebuah hidangan utama tentu tidak lengkap dan bakalan kesepian tanpa pelengkap dan pendamping, tidak terkecuali dengan Gudeg yang juga punya teman sejawat yang akan saling mendampingi dan melengkapi satu sama lain. Siapa saja mereka? Yak benar sekali! Sendok dan Piring! Luar biasa sekali pemikiran Anda! Tidak sia-sia menjadi warga +62!
Nah, mari sejenak kita luruskan dulu pemikiran Anda yang sudah mulai sedikit berkurva itu. Pelengkap dan teman sejawat ini adalah hidangan pendamping, yang bisa saja dihidangkan bersama Gudeg.
Kok "Bisa saja"?
Ya "bisa saja" , kan bisa saja tidak tersedia atau bisa saja tidak Anda sukai..
Biasanya warung gudeg menyediakan menu pelengkap berupa beragam ayam, krecek, koyor, rempelo ati, beragam sate dan gorengan; serta tidak lupa areh yang menjadi ciri khas dari masing-masing gudeg itu sendiri.
Hmm, sudah terlihat istilah Areh, sudah mulai kita menapaki per- gudeg-an secara serius!. Tapi, apa sih Areh itu? Sebelumnya mari kita lihat paragraf berikut.
Seperti yang dilansir oleh salah satu reporter kami dalam perbincangan empuk nan hangat dengan salah satu legenda gudeg di Jogja (yang tentunya tidak ingin disebutkan namanya dan Anda tentunya juga tidak tahu bahwa ini nyata terjadi atau tidak). Beliau berseloroh dalam bahasa Jawa-Kombinasi yang kami translasikan sebagai berikut; ".. bahwasanya tiap-tiap dari warung gudeg memiliki cita rasa yang khas dan salah satu yang sangat berperan dalam membentuk cita rasa tersebut adalah si Areh ini".
Jadi bisa dipahami dong posisi penting dan strategis si Areh ini dalam sebuah enterprise per-gudeg-an.Gudeg tanpa areh, laiknya Nasi Padang tanpa bumbu rendang...
Nice info gan! Tapi Areh itu apaaaaa???
Areh(kuah Areh) merupakan Kuah kental yang dari dari santan kelapa bercampur dengan ampas minyak kelapa atau
blondho
BTW, Gudeg Permata ini termasuk dalam salah satu varian Gudeg Basah.
Gudeg basah?
Ada yang basah, tentunya ada yang kering. Perbedaan paling mencolok adalah penggunaan kuah arehnya. Gudeg Basah, penggunaan kuah Arehnya lebih banyak dan lebih encer. Sedangkan Gudeg Kering tidak banyak menggunakan kuah areh atau mungkin lebih tepat dikatakan kalau arehnya lebih kering. Biasanya kalau untuk oleh-oleh para pelaku bisnis gudeg akan menyarankan Gudeg Kering, karena lebih awet dan tahan lebih lama.
Gimana sih pengalaman makan di Gudeg Permata?
Nah, bagi yang terbiasa makan di warung gudeg lain, mungkin akan merasakan perbedaan dalam cara melakukan pemesanan. Jadi biasanya kalau di warung gudeg khususnya kaki lima, sistem antriannya itu tidak teratur. Yang paling dekat dengan penjualnnya akan dilayani duluan, jadi yang bisa dan tega bertindak dzolim biasanya akan mengatur strategi untuk merebut pole position dari saingan sesama pembeli. Bisa Anda bayangkan ketika ada diskon 99% dimana terlihat sekumpulan emak-emak yang seperti berperang di perang Vietnam.
Jadi ada sistem antrian gitu bro?
Yap, betul! mungkin hal ini diimplementasikan untuk meredam antrian anarkis dan penuh kekerasan yang mungkin pernah terjadi dahulu kala.
Jadi biar ngak tengsin dan malu karena salah langkah, cermati dan pahami langkah-langkah dibawah ini agar tetap berada di jalan yang benar:
Langkah 1: Datang dan pesan di front office
Front office ini biasanya terdiri dari 4 personil. 1 orang bapak yang membagikan nomor antrian merangkap notulen, 2 peracik makanan, 1 pencatat minuman.
Langkah 2: Jangan lupakan nomor antrian
Kalau tidak/belum dikasih nomor antrian, maka mintalah dengan baik-baik nomor antrian Anda, tidak perlu bertindak anarkis!
Penampakan nomor antrian sepintas mirip kepingan CD |
Langkah 3: Pilihlah tempat duduk Anda.
Langkah 4: Menunggulah dengan manis dan tenang
Note: Kalau Anda tidak manis, tidak masalah, yang penting tenang dan jangan membuat keributan!
Langkah 5: Pesanan datang, pandang, resapi dan hayati (jangan lupa dimakan).
Langkah 6: Jangan lupa bayar di front office!
Pada saat melaksanakan langkah (5) diatas, saya bisa katakan(secara subjektif):
- Rasanya terlalu manis untuk ukuran gudeg basah
- Arehnya terasa agak pahit, mungkin karena pengaruh gula jawa/gula merah yang digunakan
- Telur bacemnya kurang meresap sampai kedalam bumbunya.
- Ayamnya mantap, empuk dan rasanya enak
- Nasinya pas, tidak pera , tidak lembek. Jadi kalau mau meminjam istilah iklan spagetti La Fonte, teksturnya aldente.
Setelah lumayan kenyang melahap beberapa porsi Nasi Gudeg super komplit, seperti laiknya artikel kuliner profesional lain akan diberikan penilaian subjektif.
Nilai Plus
- Harga relatif murah untuk ukuran Gudeg Legendaris
- Porsinya cukupan(tidak banyak, tidak sedikit)
- Lokasi yang sangat strategis untuk para pengiat kegiatan nongki-nongki malam hari
- Memiliki tempat makan yang relatif manusiawi ketimbang kebanyakan warung gudeg noktural lainnya.
- Ada pertunjukan Live Music yang kadang membuat pengunjung emosi
Nilai Minus
- Rasa
Poin ini relatif, tergantung selera. Rasanya kurang mumpuni jika dibandingkan Gudeg lain (kegendaris maupun tidak). Contohnya: Gudeg Yu Narni dan Yu Yah. - Parkiran
Karena letaknya sangat dekat dengan traffic light, area parkir terbatas, apalagi bagi yang menggunakan mobil, hanya cukup sekitar 5-6 mobil. - Antrian
Tempat ini sangat populer. Jadi jikalau Anda sudah selesai makan dan melihat banyak antrian duduk di luar, gunakan rasa iba Anda dan segeralah pergi! Tapi jangan lupa bayar. - Apabila Anda sedang tidak beruntung, Anda akan mendapatkan tempat duduk lesehan di gang kecil. Dimana sangat dekat dengan lokasi cuci piring dan pembuatan minum, artinya lokasi agak basah!
Rangkuman
- Lokasi di pusat kota, mudah dijangkau dan strategis. Dekat degan destinasi wisata lain seperti Alun-Alun Kidul.
- Untuk segi rasa, bagi yang tidak menyukai rasa manis sepertinya harus bersabar karena Gudeg Permata itu rasanya agak manis, walaupun untuk kelas gudeg ini masih dikatakan gurih tapi aksen rasa manisnya tetap menohok lidah.
- Satu hal yang membuat makan di Gudeg Permata owsome adalah adanya live music!. Yang notabene permainan musik mereka tidak kalah dengan band-band di kafe-kafe mahal. Walupun kadangkala kualitas suaranya membuat kia esmoni.
- Dengan harga yang relatif murah, porsinya sangat cukup
- Kebersihan tempat sangat minimalis, dalam artian dibersihkan seadanya. Satu catatan penting, jangan duduk dekat pintu toilet! Karena terkadang akan tercium aroma-aroma yang tidak benar!
Penilaian pribadi |
So, tunggu apalagi!?
Jangan jadikan wacana, segeralah berangkat! Dan berikan rating Anda!
Sepertinya menarique bro. TKP dimana ya?
Nih, silakan lihat di titik map berikut: (atau google aja "Gudeg Permata Jogja")
Sampai bertemu di hikayat dan kisah kuliner selanjutnya!
No comments:
Post a Comment